Oleh Laksma TNI Pur Ir. Fitri Hadi S, MAP | Analis Kebijakan Publik
“Ini adalah giliran kita. Giliran generasi muda Indonesia untuk mengambil peran,” demikian pernyataan Gibran yang disampaikan melalui sebuah video berjudul “Giliran Kita” yang diunggah oleh Sekretariat Wakil Presiden, Senin, 21 April 2025.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Rakabuming Raka, menyampaikan pandangannya mengenai peluang bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia dalam satu dekade. Gibran menyebut, pada periode tersebut, sekitar 208 juta penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif.
Indonesia mengingat pertumbuhan penduduknya, diharapkan mendapatkan bonus demografi, yaitu kondisi Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Diperkirakan, bonus demografi bagi Indonesia terjadi sejak tahun 2012 dan akan mencapai puncaknya antara 2020-2030.
Bonus demografi akan menjadi musibah atau malapetaka atau menimbukan dampak negatif bila tidak dipersiapkan dengan baik. Bonus demografi dapat menjadi sebuah ancaman dan bahaya bila tidak diantisipasi secara tepat dan cermat.
Usia produktif yang begitu besar dapat menjadi malapetaka bila Indonesia gagal menciptakan lapangan kerja baru, gagal meningkatkan produktivitas sehingga tidak terjadi pertumbuhan ekonomi, tetapi yang tercipta pengangguran di mana mana justru oleh tenaga kerja usia produktif.
Tanda tanda bahaya musibah demografi saat ini mulai tampak. Janji Gibran Rakabumi Raka tentang penciptaan 19 juta lapangan kerja belum menampakan wujudnya, yang terjadi malah sebaliknya, pemutusan hubungan kerja atau PHK masal yang terjadi pada PT Sri Rejeki Isman TBK atau PT Sritek.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2025, angka pengangguran naik 1,11% secara tahunan pada Februari 2025. Jumlah pengangguran di Indonesia saat ini telah mencapai 7,28 juta orang pada Februari 2025 atau mengalami kenaikan 83.450 orang bila dibanding tahun 2024. Jumlah tersebut merupakan 4,76 % dari total angkatan kerja Februari 2025 yang berarti jumlah pengangguran naik, di sisi lain jumlah angkatan kerja terus naik seiring terjadinya lulusan sekolah yang siap kerja.
“Ini adalah giliran kita”, demikian kata Gibran dalam pidatonya tentang bonus demografi di Indonesia. Gibran telah mendapat giliran meski tidak cukup umur namun diduga berkat cawe cawe Jokowi sehingga Mahkamah Konstitusi (MK) menambahkan syarat pencalonan presiden dan wakil presiden yang termaktub dalam Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, maka dengan segala cawe cawenya jadilah Gibran sebagai wakil presiden.
Sekarang, giliran generasi muda Indonesia menagih janji janji Gibran. Saatnya menagih janji Wakil Presiden yang akan menciptakan 19 juta lapangan kerja, janji yang disampaikannya saat penyampaian visi dan misi pada debat calon wakil presiden yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta pada Minggu 21 Januari 2024.
Fakta naiknya angka pengangguran bukanlah bonus demografi?, namun inikah giliran generasi muda Indonesia untuk mengambil peran?,” seperti yang dinyatakan Gibran melalui video berjudul “Giliran Kita” yang diunggah oleh Sekretariat Wakil Presiden, Senin, 21 April 2025.
Seharusnya Gibran tidak menabur janji lagi, namun kini saatnya Gibran memenuhi janji dan saatnya generasi muda menagih janji. Harus terus dipertanyakan apa saja yang telah dilakukan Gibran dan program apa saja yang akan dilakukan Gibran dalam rangka memenuhi janjinya di tengah masalah kependudukan di Indonesia yang sangat beragam dan kompleks, meliputi pertumbuhan penduduk yang tinggi, kepadatan penduduk yang tidak merata, serta tantangan terkait kualitas hidup, seperti tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah serta masalah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan gender.
Generasi muda Indonesia terus menagih janji kapan mendapatkan giliran dari penciptaan 19 juta tenaga kerja seperti yang dijanjikan Gibran agar bonus demografi benar benar menjadi berkah, bukan menjadi musibah. (*)
Discussion about this post