Bandara Soekarno-Hatta kembali menjadi titik simpul penyelundupan lintas batas. Dari cairan narkotika yang disamarkan sebagai skincare, benih lobster dalam koper, hingga komplotan pencuri baterai telekomunikasi.
TANGERANG, LIRANEWS.COM | Seorang pria berkewarganegaraan Indonesia tampak gelisah saat menjejakkan kaki di Terminal 3 Kedatangan Internasional Bandara Soekarno-Hatta, Maret lalu. Tak ada yang mencurigakan dari penampilannya—kemeja santai, ransel punggung, dan tas kecil berisi beberapa botol skincare.
Namun insting petugas Bea dan Cukai lebih peka dari yang terlihat. Pria itu, F, dicurigai membawa sesuatu yang lebih dari sekadar pelembap wajah. Dugaan itu terbukti saat petugas mendapati lima botol berisi cairan bening. Setelah diuji laboratorium, cairan tersebut bukan pembersih pori-pori, melainkan etomidate yakni obat bius yang bisa disalahgunakan sebagai narkotika psikotropika.
“Disamarkan dalam produk perawatan wajah, cairan ini akan dipindahkan ke cartridge vape,” ujar Gatot Sugeng Wibowo, Kepala KPUBC Tipe C Soekarno-Hatta, Rabu 4 Juni 2025. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan pula 210 cartridge kosong dan 10 suntikan isi ulang. “Jika digunakan beramai-ramai, bisa merusak 840 jiwa.”
Kasus ini, hasil operasi gabungan Bea Cukai dan Polresta Bandara Soetta, bukan yang pertama. Dalam beberapa bulan terakhir, Bandara Soekarno-Hatta seperti menjadi panggung penyelundupan dengan aktor, barang, dan modus yang beragam.
Lobster di Dalam Koper
Di Terminal Kargo, jalur yang biasanya digunakan untuk ekspor-impor resmi, sekelompok pria tengah menyusun koper. Tak terlihat aneh dari luar, koper berwarna abu-abu itu tampak seperti bagasi biasa. Tapi isinya: 46 ribu benih bening lobster—spesies laut bernilai tinggi yang dilarang diekspor secara bebas.
Informasi dari masyarakat menjadi titik awal pengungkapan. Petugas Satreskrim Bandara Soetta menggiring dua orang pria, M dan SP, saat mereka hendak membawa koper itu ke kargo. “Keduanya kurir. Tugas mereka hanya mengantar,” ujar Kompol Yandri Mono, Kasat Reskrim Bandara Soetta.
Nilai pasar ekspor benih itu ditaksir mencapai Rp1,8 miliar. AS, tersangka lain yang menjadi pembuka jalur pengiriman, hanya mendapat Rp1 juta. Sedangkan M, yang ternyata residivis kasus serupa, mengantongi Rp5 juta untuk sekali antar.
Modus pengiriman benur (benih lobster) kian canggih. Para pelaku menggunakan kantong berisi oksigen dan koper modifikasi agar lolos dari mesin X-ray. Setelah dikirim via kargo, mereka naik pesawat komersial yang sama menuju Singapura. Setibanya di sana, koper diserahkan ke pihak lain—jaringan internasional yang lebih besar.
Gerbang Goyah di Negeri Transit
Bandara Soekarno-Hatta adalah pintu masuk utama Indonesia. Setiap harinya, puluhan ribu orang hilir mudik. Tapi semakin tinggi intensitas, semakin rawan titik lemahnya.
Etomidate dalam botol serum wajah menunjukkan betapa licinnya sindikat narkotika menyusupkan barang haram. Sementara koper berisi benur menunjukkan betapa celah peraturan perikanan bisa dimanfaatkan oleh pemain lama.
Keduanya memperlihatkan satu hal: bandara adalah ladang subur bagi kejahatan terorganisasi, jika tak diawasi secara berlapis, cerdas, dan kolaboratif.(*)
Discussion about this post