BANTUL, LIRANEWS.COM – Jembatan Kretek 2 di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah dua tahun beroperasi, yakni sejak 2023 silam.
Jembatan sepanjang 556 meter itu mengukuhkan posisinya sebagai ikon baru bagi wilayah DIY Selatan, selain menjadi infrastruktur penghubung yang sangat bermanfaat bagi lalu-lintas masyarakat.
Jembatan Kretek 2 melintasi Sungai Opak, menjelma menjadi ikon yang memadukan kecanggihan teknologi, kearifan lokal, dan potensi wisata. Sangat wajar menjadi salah satu kebanggaan di pesisir selatan Yogyakarta.
Pembangunan Jembatan Kretek 2 merupakan proyek strategis yang melibatkan peran kunci dari institusi Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah–DIY.
Di bawah kepemimpinan Kepala BBPJN Jateng–DIY saat itu, Ir. Satrio Sugeng Prayitno, M.M., institusi ini memimpin perencanaan teknis dan supervisi pelaksanaan konstruksi.
Fokus utama di era kepemimpinan Satrio Sugeng Prayitno adalah memastikan proyek jembatan sepanjang lebih dari 600 meter ini berhasil rampung dan dinyatakan siap untuk diuji coba fungsional pada akhir Januari 2023.
BBPJN Jateng–DIY juga berperan aktif mempersiapkan jembatan ini sebagai jalur alternatif mudik Lebaran 2023.
Menurut Ahmad Rijal Ilyas, Direktur Eksekutif Research Oriented Development Analysis (RODA) Institute, kehadiran Jembatan Kretek 2 secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Jembatan ini bukan hanya membuka akses baru, tetapi juga membangkitkan potensi pariwisata secara menyeluruh, dengan terbukanya peluang pengembangan fasilitas wisata kuliner, berbagai permainan, dan wisata air di sekitar kawasan ini,” jelas Ahmad Rijal pada Senin (02/06/2025).
Jembatan Kretek 2 dibangun dengan biaya Rp 364 miliar melalui Kerjasama Operasi (KSO) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan PT Hutama Karya (Persero). Jembatan ini secara resmi diresmikan oleh Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia ke-7, pada 2 Juni 2023.
Sebagai bagian integral dari Jalur Jalan Lintas Selatan Pulau Jawa, jembatan ini menghubungkan Parangtritis dan Tirtohargo, serta mampu memangkas jarak tempuh sekitar 5 kilometer.
Harmoni Desain Modern Tahan Gempa dengan Filosofi Jawa
Salah satu fitur paling krusial dari Jembatan Kretek 2 adalah desainnya yang tahan gempa. Mengingat lokasinya yang berada di dekat Sesar Opak yang aktif dan berpotensi menyebabkan gempa serta pergerakan tanah (likuifaksi), jembatan ini mengadopsi teknologi canggih Lead Rubber Bearing (LRB).
Teknologi ini dirancang khusus untuk meredam dan mengalihkan energi gempa, mengurangi risiko kerusakan pada struktur jembatan. Selain itu, untuk menanggulangi likuifaksi, digunakan soil replacement sedalam 3 meter.
Namun, nilai Jembatan Kretek 2 tidak hanya terletak pada keunggulan teknisnya. Jembatan ini juga kaya akan filosofi dan estetika budaya Jawa. Menara Luku yang menjulang di tengah jembatan merupakan ikon utama, mengusung filosofi “Laku Urip Kang Utama” (Proses dan Jalan Hidup yang Utama) yang terinspirasi dari alat bajak sawah tradisional, melambangkan akar agraris Yogyakarta.
Desain ini juga mengadopsi filosofi Pamor Keris Toya Mambeg Sepuh atau Pamor Toya Ngembeng, yang melambangkan harapan akan rezeki yang terkumpul dan tidak mudah habis.
Detail lain seperti ornamen burung kuntul pada railing dan tiang Penerangan Jalan Umum (PJU) berbentuk padi yang melambangkan kerendahan hati, semuanya memperkuat identitas budaya jembatan ini.
Ditambah dengan sistem Art Lighting yang memukau di malam hari, Jembatan Kretek 2 telah menjadi objek wisata dan spot foto favorit.
Jembatan Kretek 2 juga dilengkapi fasilitas penunjang seperti Edupark Nadiloka di sisi Parangtritis, yang menawarkan pemandangan indah Sungai Opak, jogging track, pedestrian, hingga Monumen Sesar Opak sebagai sarana edukasi geologi.
Tak hanya itu, di kawasan Girisubo, tersedia rest area pertama di DIY dari arah timur, yang dibangun dengan konsep filosofi Jawa Cakra Manggilingan dan Swanayasa, menjadikannya tempat persinggahan yang bermakna.
Jembatan Kretek 2 kini bukan hanya penghubung fisik, melainkan simbol kemajuan yang mengakar pada kearifan lokal. Ini adalah bukti nyata bagaimana pembangunan infrastruktur, melalui peran solid institusi seperti BBPJN Jateng–DIY dan kepemimpinan visioner seperti yang ditunjukkan oleh Ir. Satrio Sugeng Prayitno, M.M., dapat dilakukan dengan tetap menghormati dan melestarikan nilai-nilai budaya, serta membawa dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat.
Discussion about this post