BEKASI, LIRANEWS.COM | Suasana khusyuk menyelimuti Lapangan Eks Superindo, Bekasi Utara, saat ratusan jemaah mengikuti Salat Iduladha yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bekasi Utara pada Jumat (6/6). Ustaz Ismail Ibrahim, M.Pd.I yang bertindak sebagai khatib, menyampaikan pesan mendalam tentang makna pengorbanan, keikhlasan, dan keimanan sejati melalui kisah keluarga Nabi Ibrahim AS.
Dalam khotbahnya, Ustaz Ismail mengajak jamaah untuk merenungi perjalanan spiritual Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, yang berlari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali demi mencari seteguk air untuk putranya, Nabi Ismail AS. “Saat itu, bahkan air susunya tak keluar, yang keluar justru darah dan nanah karena beratnya ujian,” ujar sang khatib, menggambarkan beratnya perjuangan seorang ibu demi mempertahankan kehidupan dan akidah.
Lebih dari sekadar kisah sejarah, Ustaz Ismail menekankan bagaimana sikap penuh tawakal Siti Hajar menjadi teladan keimanan yang tak tergoyahkan. Ketika ditinggalkan di tanah tandus oleh suaminya karena perintah Allah, beliau berkata, “Kalau ini perintah Allah, tinggalkan kami. Biarkan Allah yang mengatur hidup kami.”
Sikap serupa juga terlihat dalam ketaatan Nabi Ismail AS yang saat remaja menerima perintah untuk disembelih oleh ayahnya sebagai wujud kepatuhan kepada Allah SWT. “Jika ini perintah Allah, maka laksanakanlah. Ayah akan mendapati anakmu ini termasuk orang yang sabar,” ucap Ismail AS, sebagaimana dikisahkan Ustaz Ismail.
Khotbah kemudian menjembatani nilai-nilai pengorbanan tersebut dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW. “Rasulullah adalah manusia paling mulia, paling cerdas, paling santun. Beliau menyempurnakan teladan yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim AS,” tegasnya.
Syariat haji, kurban, dan berbagai ajaran Islam hari ini, kata Ustaz Ismail, tak lepas dari warisan spiritual keluarga Ibrahim.
Di momen Iduladha, takbir dan talbiyah menjadi simbol pengakuan bahwa hanya Allah yang Maha Besar. “Jangan sampai hari ini kita mengumandangkan takbir, tapi besok masih takut pada ancaman makhluk. Seharusnya ketakutan kita hanya kepada Allah,” katanya lantang.
Khatib juga mengingatkan bahwa esensi kurban bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan juga mengorbankan sifat-sifat kebinatangan dalam diri manusia. “Sombong, rakus, angkuh, jorok, itu semua harus kita tinggalkan. Berkorbanlah dari dalam,” ajaknya.
Sebagai penutup, Ustaz Ismail mengutip ayat Alquran yang menjanjikan hayatan thayyibah, kehidupan yang baik, bagi siapa saja yang beramal saleh karena Allah. Ia mengingatkan bahwa janji ini datang langsung dari Allah, bukan dari siapapun di dunia. “Mari kita pasrahkan hidup kepada Allah, sebagaimana Siti Hajar, Nabi Ibrahim, dan Nabi Ismail,” pungkasnya.
Discussion about this post